LIKA-LIKU PERJALANAN RIDHA DI ERA ANALOG
Dalam fase kehidupan, setiap orang pasti menemui lika-liku yang harus dilalui. Begitu pula dengan seorang fotografer profesional, seperti Ridha. Selama perjalanannya membangun RK Photography yang bisa dibilang ia mulai dari nol sejak tahun 1989 dan masih bisa mempertahankan keeksistensiannya sampai sekarang, tentu Ridha sudah melalui berbagai pahit manis bumbu-bumbu kehidupan, khususnya di dunia fotografi.
Di era tahun '80 – '90-an, profesi sebagai seorang seniman --- termasuk fotografi --- masih dipandang sebelah mata. Keputusan Ridha untuk menjadi seorang fotografer profesional pun bukan hal yang mudah saat itu. Sama seperti pandangan masyarakat pada umumnya, keluarga Ridha juga tidak sepenuhnya mendukung Ridha untuk mengabdikan dirinya sebagai seorang fotografer. Orangtua Ridha sendiri lebih menginginkan anak-anaknya untuk menjadi dokter, insinyur, atau profesi-profesi lain yang secara finansial menjanjikan. Meskipun demikian, orangtua Ridha juga tidak melarang dan memaksakan apa yang dicita-citakan oleh anak-anaknya. Niat, tekad, dan keputusan Ridha untuk menjadi seorang fotografer tidak mendapatkan larangan dari orangtua dan keluarganya. Hanya pandangan sebelah mata dan kurang terbuka dari orang-orang terdekatlah yang harus Ridha hadapi saat itu.
Kurangnya dukungan keluarga tidak menjadikan Ridha ragu dan mundur untuk mewujudkan tekadnya sebagai seorang fotografer profesional. Hal tersebut justru menjadi pemacu bagi Ridha untuk serius menggeluti fotografi hingga bisa menjadi seorang fotografer profesional seperti sekarang, yaitu dengan terus mengembangkan kemampuan dan pengetahuan dirinya tentang fotografi.
Semangat dan keseriusan Ridha dalam menggeluti profesi fotografer ternyata juga mempengaruhi hubungan asmaranya. Ridha yang memfokuskan dirinya untuk menjadi fotografer profesional membuat hubungan asmara berada di nomor dua. “Di dunia ini, tidak semua hal bisa kita dapatkan bersamaan. Itu sudah menjadi hukum alam.”, ungkap pria pecinta keindahan ini.
Tidak hanya keluarga, Ridha juga pernah mengalami tekanan mental dari rekan-rekan sejawatnya di era analog. Sebelum RK Photography berdiri, Ridha pernah membangun usaha di bidang fotografi bersama teman-temannya. Namun, seiring berjalannya waktu, usaha fotografi mereka sering menemui berbagai pertentangan di mana teman-temannya merasa Ridha lebih unggul, mulai dari nama Ridha yang lebih dikenal oleh klien hingga keikutsertaannya dalam APPI (Asosiasi Photographer Profesional Indonesia) yang saat itu cukup bergengsi dan eksklusif di kalangan fotografer. Untuk menghindari konflik yang berkepanjangan, Ridha akhirnya melepaskan diri dari usaha bersamanya tersebut dan memutuskan untuk berdiri sendiri, hingga terbentuknya RK Photography.
Meski banyak tekanan mental yang Ridha lalui, dalam perjalanan fotografinya di era analog Ridha juga memiliki rekan terbaiknya, yaitu Pak Bendy Taswin atau dikenal sebagai Pak Abeng – seorang pengusaha yang menjual perlengkapan fotografi. Selain kejujuran dan keterbukaan Pak Abeng terhadap pelanggannya, banyaknya pilihan produk yang ditawarkan Pak Abeng, mulai dari produk baru maupun bekas dengan harga terjangkau, namun memiliki kualitas yang baik menjadikan Ridha dan Pak Abeng menjadi rekan baik saat itu. Walaupun usaha Pak Abeng masih terbilang baru dan kecil, namun pelanggan Pak Abeng tidak main-main, senior fotografer profesional, seperti Darwis Triadi pun juga membeli perlengkapan kamera dan berbagi ilmu fotografi dengan Pak Abeng.
Kecintaan Ridha terhadap keindahan menjadikan gaya aliran fotografi Ridha sejak era analog sampai sekarang tak jauh dari konsep inner beauty, mulai dari fotografi beauty fashion, interior, hingga food. Ridha juga memiliki pengalaman-pengalaman unik dan tak terlupakan dalam perjalanan fotografinya. Di era analog, klien-klien yang tidak melalukan pembayaran sudah menjadi hal yang kerap kali Ridha temui. Namun, karena kecintaannya terhadap fotografi dan prinsipnya akan pentingnya kepercayaan dalam sebuah bisnis, tidak menjadikan Ridha mengalami masalah akan hal tersebut.
Waktu terus berjalan, zaman pun mengalami perubahan. Tak hanya eksis di era analog, Ridha terus berusaha mengembangkan dirinya dengan mengalami berbagai lika-liku kehidupan dalam masa peralihannya dari era analog ke digital. Masa peralihan ini bisa dibilang cukup menantang.
Mau tahu bagaimana seorang Ridha bisa terus bertahan dan eksis dalam kiprahnya di dunia fotografi Indonesia mulai dari era analog hingga digital? Pantau terus blog www.rkusumabrata.com dan jangan lupa berikan pendapat Anda di kolom komentar. :)