RIDHA DI ERA FOTOGRAFI ANALOG
“Otak bagaikan film dan mata bagaikan lensa”, itulah perumpamaan sederhana ketika fotografer dan fotografi bersanding di era analog.
Dalam fotografi, “senjata” utama yang digunakan sang fotografer tak lain dan tak bukan adalah kamera. Sama halnya dengan manusia yang memiliki karakter, kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kamera pun juga demikian. Setiap kamera memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda-beda. Belum lagi dengan karakteristik kamera yang dari zaman ke zaman terus mengalami perkembangan, mulai dari era analog hingga digital.
Analog adalah era di mana teknik pengambilan gambar pada kamera menggunakan film seluloid. Film seluloid terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa lensa, elemen mekanik berupa badan kamera dan elemen kimia berupa film seluloid itu sendiri. Di kehidupan sehai-hari, kamera analog lebih dikenal dengan sebutan kamera film, karena penggunaan film itu sendiri sebagai media perekam atau penyimpanan gambarnya.
Sebagai fotografer yang telah berkiprah sejak tahun 1989, Ridha tahu betul tentang perbedaan karakteristik dan perkembangan kamera dari era analog hingga digital. Ridha pun memiliki “senjata” andalan yang selalu setia menemaninya di era fotografi analog.
Awal menggeluti fotografi, kamera yang digunakan Ridha adalah Nikon FM2n, yaitu kamera analog buatan Jepang yang diluncurkan tahun 1983. Dengan media penyimpanan berupa film 35 mm, Nikon FM2n merupakan kamera dengan kontrol operasi manual dan mekanis yang bekerja tanpa daya baterai. Alasan Ridha memilih Nikon FM2n karena pada saat itu Nikon FM2n merupakan kamera analog dengan standar profesional. Bisa dibilang, Nikon FM2n dapat ditemui di setiap tas kamera profesional, karena kamera analog ini merupakan kamera terbaik di zamannya. Keunggulan utama Nikon FM2n adalah pada pengembangan layar fokus ke tipe Brightscreen II dan synchronization speeds 1/250 detik, yang sebelumnya pada Nikon FM2 hanya 1/200 detik. Untuk shutter speed Nikon FM2n mencapai 1/4000 detik dengan ISO 12 – 6400. Perlu diketahui, Nikon FM2n juga merupakan salah satu kamera analog yang mampu bertahan lama di pasar kamera SLR (Single-Lens Reflex).
Bersamaan dengan Nikon FM2n, Ridha juga menggunakan Mamiya RZ67 sebagai kamera analog buatan Jepang yang merupakan tipe SLR medium format dengan sistem kamera modular viewfinders. Selain karena permintaan pasar, alasan Ridha menggunakan kamera medium format Mamiya RZ67 adalah harga kamera yang terjangkau, namun kualitas gambar yang didapat cukup baik. Selain Mamiya RZ67, kamera medium format yang Ridha pergunakan di era analog adalah Hasselblad. Keunggulan dari Hasselblad sebagai kamera buatan Swedia tak lain dan tak bukan adalah badan kamera yang tahan lama dan kualitas lensa kamera yang baik.
Tak hanya kamera bertipe medium format, di era analog Ridha juga memiliki kamera tipe large format, yaitu SINAR yang merupakan akronim dari “Still, Industrial, Nature, Architectural and Reproduction photography”. Menariknya, seperti yang kita semua ketahui, kosa kata “sinar” sangatlah lekat dengan “cahaya” yang merupakan hal dasar dan utama dalam fotografi. Selain itu, SINAR sebagai view camera merupakan kamera yang paling baik bagi seorang fotografer untuk memahami teknik-teknik fotografi, karena dengan kamera SINAR, fotografer dituntut untuk dapat menguasai konsep pencahayaan. SINAR sebagai kamera buatan Swiss juga memiliki kualitas badan dan lensa kamera yang sangat baik, karena hanya menggunakan lensa buatan Jerman, seperti Carl Zeiss, Rodenstock, dll.
Setelah mengulas tuntas tentang perlengkapan fotografi analog Ridha mulai dari menggunakan kamera buatan Jepang hingga Eropa, Anda pasti penasaran bukan, bagaimana gaya aliran dalam karya fotografi Ridha, pengaruh orang-orang terdekat dan pengalaman menarik lainnya di era analog tersebut? Tunggu kelanjutannya di blog www.rkusumabrata.com!